Kemacetan di Jakarta membuat banyak orang frustasi. Jumlah kendaraan pribadi yang semakin banyak ditambah kurang nyamannya transportasi publik menjadi formula ampuh menumpuknya kendaraan di jalan. Seperti kebanyakan warga ibukota lainnya, Andreas Aditya juga merasa terganggu dengan kemacetan tersebut. Bila kebanyakan orang sekadar mengutuk kemacetan, ia berpikir bagaimana cara mengatasinya.
Awalnya apa yang dipikirkan Andreas sederhana. Ia merasa kursi yang ada di mobilnya dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang satu arah perjalanan dengannya. Ide itu kemudian menjadi embrio lahirnya komunitas Nebengers.
Awalnya apa yang dipikirkan Andreas sederhana. Ia merasa kursi yang ada di mobilnya dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang satu arah perjalanan dengannya. Ide itu kemudian menjadi embrio lahirnya komunitas Nebengers.
Sesuai dengan namanya, Nebengers adalah komunitas pencari dan pemberi tebengan, berbagi taksi dan kendaraan umum lainnya. Komunitas ini bergerak lewat jejaring media sosial khususnya twitter. Setiap pencari maupun pemberi tebengan tinggal memberitahukan rute perjalanannya melalui twitter dengan memberi tahu Nebengers di akun twitter @nebengers.
Awalnya komunitas ini hanya diikuti oleh teman-teman Andreas sendiri, lama kelamaan semakin membesar. Bahkan kini meluas ke kota lain di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Bali. "Nebengers didasari kebutuhan seseorang untuk bertransportasi. Kursi-kursi kosong di kendaraan kita bisa berguna untuk orang lain, sederhana sekali," jelas Aris Miswarman, salah satu juru bicara Nebengers saat acara peluncuran aplikasi Nebengers 2.0 dan nebeng mudik beberapa waktu lalu.
Aris menambahkan salah satu kekhawatiran banyak orang saat awal proses nebeng adalah masalah keamanan. Wajar rasanya, mengingat yang nebeng atau memberi tebengan bisa jadi orang yang belum kita kenal. "Keamanan ini nomor satu buat kami, makanya Nebengers berusaha semaksimal mungkin untuk hal ini, misalnya dengan memverifikasi sekaligus meminta setiap orang untuk memberi tahu akun @nebengers saat mencari atau memberikan tebengan," papar pria yang tergabung dalam Nebengers distrik Depok.
Hampir senada dengan Aris, Kidung Ardha Marsela, salah satu pegiat Nebengers dari daerah Cinere, Jakarta Selatan, juga mencermati hal ini. "Di Nebengers kita malah nambah teman karena yang sebelumnya tidak kenal menjadi kenal. Kita juga jangan terus-terusan nuntut perubahan, tapi juga harus melakukan perubahan di sekitar, kalau macet hanya marah-marah kan tidak menyelesaikan masalah juga," ungkap Kidung.
Semangat melakukan perubahan itu terus terlihat dari komunitas Nebengers. Didasari fakta bahwa mengandalkan twitter saja kurang efektif maka Nebengers sedang membangun aplikasi khusus yang dinamakan Nebengers 2.0.
Menurut Putri Sentanu, salah satu pegiat Nebengers, konsep aplikasi ini menghubungkan yang mencari dan memberi tebengan secara lebih efisien. "Saat ini yang ingin mencari tebengan harus mencermati lini masa twitter seharian, ini tidak efektif. Lewat aplikasi ini dalam radius satu kilometer kita dapat mengetahui siapa yang bisa diajak nebeng atau memberi tebengan," jelas Putri. Untuk mewujudkan aplikasi tersebut maka Nebengers sedang mengadakan crowdfunding di situs wujudkan.com. Setiap orang dapat berkontribusi dalam upaya penggalangan dana tersebut.
Apa yang dilakukan Nebengers meyakinkan kita bahwa hanya mengutuk keadaan tanpa menawarkan solusi tidak akan menghasilkan apa-apa. Nebengers adalah bukti nyata ketika semua warga bergotong royong menyelesaikan masalah ada hasil yang dapat dituai bersama.
***
Nebengers telah membuktikan inisiatif sederhana dapat mengurangi masalah kemacetan. Inisiatif apa yang sudah Anda lakukan untuk mengurangi masalah di kota Anda?
Referensi lanjut klik http://blog.turuntangan.org/beri-tebengan-atasi-kemacetan/
Awalnya komunitas ini hanya diikuti oleh teman-teman Andreas sendiri, lama kelamaan semakin membesar. Bahkan kini meluas ke kota lain di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Bali. "Nebengers didasari kebutuhan seseorang untuk bertransportasi. Kursi-kursi kosong di kendaraan kita bisa berguna untuk orang lain, sederhana sekali," jelas Aris Miswarman, salah satu juru bicara Nebengers saat acara peluncuran aplikasi Nebengers 2.0 dan nebeng mudik beberapa waktu lalu.
Aris menambahkan salah satu kekhawatiran banyak orang saat awal proses nebeng adalah masalah keamanan. Wajar rasanya, mengingat yang nebeng atau memberi tebengan bisa jadi orang yang belum kita kenal. "Keamanan ini nomor satu buat kami, makanya Nebengers berusaha semaksimal mungkin untuk hal ini, misalnya dengan memverifikasi sekaligus meminta setiap orang untuk memberi tahu akun @nebengers saat mencari atau memberikan tebengan," papar pria yang tergabung dalam Nebengers distrik Depok.
Hampir senada dengan Aris, Kidung Ardha Marsela, salah satu pegiat Nebengers dari daerah Cinere, Jakarta Selatan, juga mencermati hal ini. "Di Nebengers kita malah nambah teman karena yang sebelumnya tidak kenal menjadi kenal. Kita juga jangan terus-terusan nuntut perubahan, tapi juga harus melakukan perubahan di sekitar, kalau macet hanya marah-marah kan tidak menyelesaikan masalah juga," ungkap Kidung.
Semangat melakukan perubahan itu terus terlihat dari komunitas Nebengers. Didasari fakta bahwa mengandalkan twitter saja kurang efektif maka Nebengers sedang membangun aplikasi khusus yang dinamakan Nebengers 2.0.
Menurut Putri Sentanu, salah satu pegiat Nebengers, konsep aplikasi ini menghubungkan yang mencari dan memberi tebengan secara lebih efisien. "Saat ini yang ingin mencari tebengan harus mencermati lini masa twitter seharian, ini tidak efektif. Lewat aplikasi ini dalam radius satu kilometer kita dapat mengetahui siapa yang bisa diajak nebeng atau memberi tebengan," jelas Putri. Untuk mewujudkan aplikasi tersebut maka Nebengers sedang mengadakan crowdfunding di situs wujudkan.com. Setiap orang dapat berkontribusi dalam upaya penggalangan dana tersebut.
Apa yang dilakukan Nebengers meyakinkan kita bahwa hanya mengutuk keadaan tanpa menawarkan solusi tidak akan menghasilkan apa-apa. Nebengers adalah bukti nyata ketika semua warga bergotong royong menyelesaikan masalah ada hasil yang dapat dituai bersama.
***
Nebengers telah membuktikan inisiatif sederhana dapat mengurangi masalah kemacetan. Inisiatif apa yang sudah Anda lakukan untuk mengurangi masalah di kota Anda?
Referensi lanjut klik http://blog.turuntangan.org/beri-tebengan-atasi-kemacetan/