Berita-berita tentang emas di media lokal (Indonesia)dalam satu bulan terkhir ini sangat gencar. Baik apresiasi terhadap kenaikan harganya yang fantastis maupun berita tentang penurunannya yang kemudian dianalisis dengan berbagai kemungkinan kedepan. Kalau berita kenaikan karena dampak krisis di Amerika dan Eropa sepertinya sudah tidak asing lagi. Dan itu kabar baik buat investor emas.
Tetapi analisis bahwa emas bukan lagi safe haven (tempat berlindung yang aman) agaknya tidak begitu tepat walaupun dilengkapi statetement beberapa pihak termasuk bank sentral (BI). Bahkan suasana makin gerah pada saat BI merasa khawatir tentang penurunan harga emas dengan memberi warning kepada bank syariah untuk membatasi langkahnya dalam menjual produk gadai emas.
Spekulasi?
Tetapi analisis bahwa emas bukan lagi safe haven (tempat berlindung yang aman) agaknya tidak begitu tepat walaupun dilengkapi statetement beberapa pihak termasuk bank sentral (BI). Bahkan suasana makin gerah pada saat BI merasa khawatir tentang penurunan harga emas dengan memberi warning kepada bank syariah untuk membatasi langkahnya dalam menjual produk gadai emas.
Spekulasi?
Kekhawatiran akan terjadi spekulasi di emas, dan pembiayaan atas gadai emas dari bank syariah tidak menyentuh sektor riil adalah wajar. Namun perlu dipertimbangkan kembali rencana pembatasannya. Karena sebenarnya bank syariah tetap aman memegang collateral dalam bentuk logam mulia ini. Tinggal mengatur tatacara agar lebih aman lagi berkait dengan penetapan harga taksir, nilai taksasi dan mekanismenya.
Masyarakat harus didukung untuk memiliki budaya menyimpan emas. Banyak hal positif dari budaya ini. Selain sebagai penangkal inflasi dan lindung kekayaan, emas juga membuat masyarakat makin kuat daya belinya. Karena sudah menjadi bukti sepanjang sejarah bahwa bila berbasis emas semua harga makin hari makin murah, dibandingkan menyimpan uang yang makin tidak berharga.
Perlu diingat bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang melakukan spekulasi dan menjadi trader dengan mendulang keuntungan sesaat. Kesadaran bahwa emas adalah investasi jangka panjang sudah mendarah daging di masyarakat kita. Seharusnya bank sentral kita juga memiliki visi yang sama.
Gadai Ulang
Fasilitas bank syariah sekarang ini memungkinkan nasabah gadai dapat melakukan gadai ulang saat bank syariah mengupdate kenaikan harga taksirnya. Melakukan gadai ulang atau top-up bukan langkah spekulasi. Tetapi langkah optimasi. Kata lain ‘menggoreng’ emasnya biar tambah mateng. Bahwa hasil pembaiayaan gadai dan hasil top-up itu untuk apa, tentu setiap nasabah punya alasan sendiri.
Kalau motifnya hedging, maksudnya sebagai kunci risiko terhadap pembelian (konsumtif) dan atau investasi usaha, tentu ini langkah yang tepat dan elegan dibandingkan multiple gadai (uang yang sama dibelikan emas dan digadai berulang-ulang sampai habis). Dengan langkah hedging sebelum dipakai usaha, semoga ini bisa menyentuh sektor riil, seperti yang diharapkan BI... :).
Tetap naik
Analisis emas sebagai investasi dalam jangka pendek sepertinya salah alamat. Emas adalah investasi paling benar untuk jangka panjang. Mau naik atau turun sekarang, akhirnya tetap naik juga. Naik beli turun ya beli lagi. Banyak referensi yang mudah diakses. Banyak pakar yang masih bisa dipercaya prediksinya. Salah satunya JP Morgan yang meyakini harga emas di akhir tahun 2011 akan menyentuh $2500/oz. http://www.oilbull.com/jp-morgan-predicts-gold-to-hit-2500/
Semoga!