Langkah Pertama
Menawarkan sebuah sistem pendidikan dasar yang berbasis komunitas atau adat budaya di suatu masyarakat. Berbentuk sekolah alternatif ( komunitas belajar ) dan bebas biaya bagi peserta didiknya ( jika bisa dengan kualitas sangat tinggi namun dengan biaya murah ) .
Dalam hal ini adalah para pemuda didaerah dengan rentang usia 15 - 21 tahun terlebih bagi pemuda putus sekolah atau pun menganggur yang notabenenya dalam usia produktif untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi daerahnya.
Menawarkan sebuah sistem pendidikan dasar yang berbasis komunitas atau adat budaya di suatu masyarakat. Berbentuk sekolah alternatif ( komunitas belajar ) dan bebas biaya bagi peserta didiknya ( jika bisa dengan kualitas sangat tinggi namun dengan biaya murah ) .
Dalam hal ini adalah para pemuda didaerah dengan rentang usia 15 - 21 tahun terlebih bagi pemuda putus sekolah atau pun menganggur yang notabenenya dalam usia produktif untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi daerahnya.
Tujuan dari didirikannya sebuah sekolah alternatif adalah membentuk kemandirian, keshalihan dan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan dirinya serta daerahnya dengan ahlak yang baik.
Karena itu mutlak adanya pelibatan penuh dan pemberdayaan masyarakat dengan keunggulan lokalnya kedalam proses pembelajaran, guru-guru teladan yang menguasai potensi lokal tersebut, seperti petani teladan, peternak teladan,pengrajin teladan yang notabenenya adalah guru sejati dalam spesifikasinya. Indikasi sebuah bentuk sekolah/pendidikan alternatif akan ideal dan efektif bila ;
a. Berbasis Komunitas ( strategi pengelolaan bersama )
b. Berbasis keunikan potensi manusia ( pengembangan bakat
c. Berbasis keunikan potensi alam ( pengembangan keunggulan lokal )
d. Berbasis keunikan zaman ( pengembangan life skill abad 21 seperti logical thinking, kreatifitas, problem solving, pemberantasan buta huruf dan lain-lain )
e. Berbasis Ahlak ( merupakan pengembangan karakter, termasuk kepemimpinan
yang terintegrasi dalam 4 hal diatas )
Dengan demikian sekolah alternatif tersebut akan menghasilkan “ pendapatan “ secara berkelanjutan, bermanfaat untuk kemandirian siswa dan kemandirian komunitas. Jika pun dibutuhkan pendanaan “ investasi “ itu hanya sebatas “ One Shot Investment “ didepan saja, karena seterusnya sekolah alternatif bersama komunitas akan mampu mengembangkan kemandiriannya.
Metode dan kurikulumnya bisa blended antara sekolah alam, sekolah regular, konsep pengembangan koperasi pesantren,konsep pengembangan karakter, potensi dan bakat sedangkan kurikulumnya berbasis keunggulan lokal didaerah tersebut.
Langkah Kedua
Mendirikan sebuah Unit Usaha Pemberdayaan Masyarakat yang bersifat Social Entepreneurship.dalam hal ini yang sesuai dengan kondisi geografis dan kebutuhan inisiatif masyarakat didaerah sebagai ajang praktek dan aktualisasi diri peserta didik.
Dari hasil pemikiran, analisa dan survey ditempat penggagas ide , komoditas atau kegiatan usaha yang paling cocok dan khas adalah dengan Budidaya Ternak Sapi. Ini dikarenakan dengan kekayaan potensi masih belum tergarap secara maksimal, sebab selama ini kegiatan usaha tersebut dilakukan oleh para warga secara indifidu dan pengelolaannya terkesan masih dilakukan seperti memiliki “ pekerjaan sampingan “ selain pergi kesawah atau pun berkebun sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Dengan unit usaha ini harapan optimis bisa sebagai wadah untuk lebih mendayagunakan segala potensi dan sumber daya baik alam maupun manusianya kemudian disinergikan sehingga manfaat alam secara optimal ditunjang dengan pengetahuan yang terus berkembang, tentunya potensi-potensi lain yang ada disekitarnya bisa ditemukan dan dipadukan dan tujuan akhirnya taraf kehidupan masyarakat daerah akan meningkat lebih baik lagi.
Karena jika kita mengadakan usaha atau kegiatan dengan basis / falsafah alam, maka segala sesuatunya akan saling berkaitan dari hulu dan hilir.
contoh kongkritnya : masyarakat akan lebih memperhatikan dan menjaga kesinambungan ekosistem alam seperti lebih giat menanam pohon agar bisa diambil daunnya untuk pakan ternak, mengolah kotorannya agar bisa menjadi biogas selai menjadi pupuk dan tidak dipungkiri pula jika kelak tercetus ide untuk memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi sebagai sumber energi listrik ( mandiri energi ) serta penemuan gagasan-gagasan yang lain.
Langkah Ketiga
Mencanangkan ” Gerakan Padang Rumput untuk Satu ekor Sapi ”. Mengapa ?? yang menjadi latar belakang ide ini adalah maraknya laju konservasi lahan untuk komplek hunian dan wacana pembuatan lapangan golf atau pun pendirian SPBBG pada tahun 2011 kemarin didaerah tempat saya, sehingga dikhawatirkan merusak ekosistem fauna yang telah ada,
Pada waktu itu telah dibentuk semacam Komite Warga yang bertujuan mempertahankan keindahan ekosistem alam dengan membuat surat pernyataan bersama yang isinya menolak segala bentuk kegiatan pengembangan kawasan dihadapan pemerintah daerah dan beberapa investor.
Bahkan sampai saat ini pun dukungan positif terus mengalir dari para tokoh-tokoh daerah. Namun, sekedar pernyataan saja tentu dirasa kurang cukup untuk mempertahankan keindahan alam, maka dibutuhkan upaya kongkrit untuk tujuan ini.
Logika sederhananya seperti ini : jika semua para petani, pekebun dan pemuda masing-masing memiliki sapi, tentu mereka memerlukan padang rumput dan lahan hijau sebagai pakan ternak.untuk itu jadi Ayo, ditambah jumlah sapinya ! dengan cara ini, tentu warga mempunyai alasan yang lebih kuat dalam mempertahankan keindahan alam ( soft power ).
Tujuannya jelas, adalah untuk memperbanyak jumlah sapi yang nantinya bagi para peserta didik yang tidak mempunyai pendapatan kontan dan tidak bisa membeli sapi dapat tetap memiliki dan memeliharanya. Langkah konkrit selanjutnya adalah dengan kampanye, publikasi.dalam hal ini kepada warga kota untuk diminta mengikut sertakan modal dengan masa kontrak selama 5 tahun ( Rp 100.000/ saham ).Sebagai wujud solidaritas kepedulian sesama manusia terhadap alam dan lingkungan disamping juga memfasilitasi para investor kota dalam Ibadah Qurban ( Idul Adha )
Dengan cara tersebut warga kota meski terpisah secara wilayah geografis dan tidak secara fisik ikut dalam menjaga keindahan alam didaerah, masih bisa berkesempatan untuk ikut berkontribusi yaitu dengan menjadi pemilik sapi . Sebagai langkah awalnya, untuk kemudahan dan efisiensi meminta tetangga dan kenalan terlebih dahulu sebagai peserta modal.
Namun selanjutnya, dengan publikasi berita yang disebarkan media massa,social media ( ditambah dukungan dari PHILIPS dan LSM terkait ) penggagas ide optimis bahwa pada akhirnya permohonan penyertaan modal pasti akan membanjiri panitia. Sehingga warga kota bisa menjadi pemilik sapi sambil tetap tinggal di kota.
Setelah kegiatan pengumpulan dana dengan cara seperti diatas, peserta didik membeli anak sapi. Selama masa kontrak lima tahun, anak sapi telah menjadi sapi dewasa besar dan melahirkan rata-rata tiga ekor sapi ( merupakan jumlah minimal ). Dari tiga ekor ini, dua ekor digunakan untuk membiayai biaya pakan ternak dan biaya tenaga kerja, dan satu ekor akan dikembalikan kepada pemilik sapi.
Bunga dana penyertaan modal digantikan dengan pengiriman komoditi pertanian atau pun dalam bentuk lain yang telah disepakati bersama kepada pemilik sapi setiap tahun. Sesudah selesai masa kontrak lima tahun, sapi induk jatuh ke tangan peserta didik yang memeliharanya.
Untuk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pemilik sapi( penanam saham ),digelar acara pertemuan persahabatan antara peserta didik dan pemilik sapi beserta keluarga yang dilaksanakan setiap tahun. Dengan meriah dan ramai-ramai makan menu olahan daging sapi bakar bersama-sama ( Tasyakuran ).
Klimaks acara ini datang sesudah selesai acara makan bersama (memanfaatkan moment Idul Adha) . Semua peserta diharuskan mengikuti kegiatan “ unik “ yang sebelumnya telah disepakati bersama. Contohnya seperti =
- menerbangkan lampion harapan pada malam Tasyakuran
- pelepasan burung merpati sebagai simbol kebebasan dan kesuksesan
- menghancurkan patung / replika tokoh perusak alam tahun ini
- berteriak secara bersamaan sambil mengucapkan kearah gunung ( budaya jepang ) kemudian disediakan hadiah khusus bagi para pemenang dengan kategori tertentu.
Rangkaian penutup acara ini dimaksudkan sebagai simbol wujud kemenangan bersama sekaligus mempererat hubungan kerjasama mutualisme antara warga kota yang selama ini cenderung mempunyai setting image sebagai perusak lingkungan dengan warga di daerah ( desa ) yang selalu identik dengan menjadi pihak dirugikan yang dalam hal ini difasilitasi oleh peserta didik sekolah alternatif.
Jadi dengan menciptakan budaya positif seperti ini, hasil dari konflik yang biasanya sering terjadi dalam proses pembangunan daerah antara kepentingan kapitalis dan wong cilik. kelak harapannya bisa menjadi “ icon unik “dan menjadi daerah yang “ lesson learned “.
Karena itu mutlak adanya pelibatan penuh dan pemberdayaan masyarakat dengan keunggulan lokalnya kedalam proses pembelajaran, guru-guru teladan yang menguasai potensi lokal tersebut, seperti petani teladan, peternak teladan,pengrajin teladan yang notabenenya adalah guru sejati dalam spesifikasinya. Indikasi sebuah bentuk sekolah/pendidikan alternatif akan ideal dan efektif bila ;
a. Berbasis Komunitas ( strategi pengelolaan bersama )
b. Berbasis keunikan potensi manusia ( pengembangan bakat
c. Berbasis keunikan potensi alam ( pengembangan keunggulan lokal )
d. Berbasis keunikan zaman ( pengembangan life skill abad 21 seperti logical thinking, kreatifitas, problem solving, pemberantasan buta huruf dan lain-lain )
e. Berbasis Ahlak ( merupakan pengembangan karakter, termasuk kepemimpinan
yang terintegrasi dalam 4 hal diatas )
Dengan demikian sekolah alternatif tersebut akan menghasilkan “ pendapatan “ secara berkelanjutan, bermanfaat untuk kemandirian siswa dan kemandirian komunitas. Jika pun dibutuhkan pendanaan “ investasi “ itu hanya sebatas “ One Shot Investment “ didepan saja, karena seterusnya sekolah alternatif bersama komunitas akan mampu mengembangkan kemandiriannya.
Metode dan kurikulumnya bisa blended antara sekolah alam, sekolah regular, konsep pengembangan koperasi pesantren,konsep pengembangan karakter, potensi dan bakat sedangkan kurikulumnya berbasis keunggulan lokal didaerah tersebut.
Langkah Kedua
Mendirikan sebuah Unit Usaha Pemberdayaan Masyarakat yang bersifat Social Entepreneurship.dalam hal ini yang sesuai dengan kondisi geografis dan kebutuhan inisiatif masyarakat didaerah sebagai ajang praktek dan aktualisasi diri peserta didik.
Dari hasil pemikiran, analisa dan survey ditempat penggagas ide , komoditas atau kegiatan usaha yang paling cocok dan khas adalah dengan Budidaya Ternak Sapi. Ini dikarenakan dengan kekayaan potensi masih belum tergarap secara maksimal, sebab selama ini kegiatan usaha tersebut dilakukan oleh para warga secara indifidu dan pengelolaannya terkesan masih dilakukan seperti memiliki “ pekerjaan sampingan “ selain pergi kesawah atau pun berkebun sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Dengan unit usaha ini harapan optimis bisa sebagai wadah untuk lebih mendayagunakan segala potensi dan sumber daya baik alam maupun manusianya kemudian disinergikan sehingga manfaat alam secara optimal ditunjang dengan pengetahuan yang terus berkembang, tentunya potensi-potensi lain yang ada disekitarnya bisa ditemukan dan dipadukan dan tujuan akhirnya taraf kehidupan masyarakat daerah akan meningkat lebih baik lagi.
Karena jika kita mengadakan usaha atau kegiatan dengan basis / falsafah alam, maka segala sesuatunya akan saling berkaitan dari hulu dan hilir.
contoh kongkritnya : masyarakat akan lebih memperhatikan dan menjaga kesinambungan ekosistem alam seperti lebih giat menanam pohon agar bisa diambil daunnya untuk pakan ternak, mengolah kotorannya agar bisa menjadi biogas selai menjadi pupuk dan tidak dipungkiri pula jika kelak tercetus ide untuk memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi sebagai sumber energi listrik ( mandiri energi ) serta penemuan gagasan-gagasan yang lain.
Langkah Ketiga
Mencanangkan ” Gerakan Padang Rumput untuk Satu ekor Sapi ”. Mengapa ?? yang menjadi latar belakang ide ini adalah maraknya laju konservasi lahan untuk komplek hunian dan wacana pembuatan lapangan golf atau pun pendirian SPBBG pada tahun 2011 kemarin didaerah tempat saya, sehingga dikhawatirkan merusak ekosistem fauna yang telah ada,
Pada waktu itu telah dibentuk semacam Komite Warga yang bertujuan mempertahankan keindahan ekosistem alam dengan membuat surat pernyataan bersama yang isinya menolak segala bentuk kegiatan pengembangan kawasan dihadapan pemerintah daerah dan beberapa investor.
Bahkan sampai saat ini pun dukungan positif terus mengalir dari para tokoh-tokoh daerah. Namun, sekedar pernyataan saja tentu dirasa kurang cukup untuk mempertahankan keindahan alam, maka dibutuhkan upaya kongkrit untuk tujuan ini.
Logika sederhananya seperti ini : jika semua para petani, pekebun dan pemuda masing-masing memiliki sapi, tentu mereka memerlukan padang rumput dan lahan hijau sebagai pakan ternak.untuk itu jadi Ayo, ditambah jumlah sapinya ! dengan cara ini, tentu warga mempunyai alasan yang lebih kuat dalam mempertahankan keindahan alam ( soft power ).
Tujuannya jelas, adalah untuk memperbanyak jumlah sapi yang nantinya bagi para peserta didik yang tidak mempunyai pendapatan kontan dan tidak bisa membeli sapi dapat tetap memiliki dan memeliharanya. Langkah konkrit selanjutnya adalah dengan kampanye, publikasi.dalam hal ini kepada warga kota untuk diminta mengikut sertakan modal dengan masa kontrak selama 5 tahun ( Rp 100.000/ saham ).Sebagai wujud solidaritas kepedulian sesama manusia terhadap alam dan lingkungan disamping juga memfasilitasi para investor kota dalam Ibadah Qurban ( Idul Adha )
Dengan cara tersebut warga kota meski terpisah secara wilayah geografis dan tidak secara fisik ikut dalam menjaga keindahan alam didaerah, masih bisa berkesempatan untuk ikut berkontribusi yaitu dengan menjadi pemilik sapi . Sebagai langkah awalnya, untuk kemudahan dan efisiensi meminta tetangga dan kenalan terlebih dahulu sebagai peserta modal.
Namun selanjutnya, dengan publikasi berita yang disebarkan media massa,social media ( ditambah dukungan dari PHILIPS dan LSM terkait ) penggagas ide optimis bahwa pada akhirnya permohonan penyertaan modal pasti akan membanjiri panitia. Sehingga warga kota bisa menjadi pemilik sapi sambil tetap tinggal di kota.
Setelah kegiatan pengumpulan dana dengan cara seperti diatas, peserta didik membeli anak sapi. Selama masa kontrak lima tahun, anak sapi telah menjadi sapi dewasa besar dan melahirkan rata-rata tiga ekor sapi ( merupakan jumlah minimal ). Dari tiga ekor ini, dua ekor digunakan untuk membiayai biaya pakan ternak dan biaya tenaga kerja, dan satu ekor akan dikembalikan kepada pemilik sapi.
Bunga dana penyertaan modal digantikan dengan pengiriman komoditi pertanian atau pun dalam bentuk lain yang telah disepakati bersama kepada pemilik sapi setiap tahun. Sesudah selesai masa kontrak lima tahun, sapi induk jatuh ke tangan peserta didik yang memeliharanya.
Untuk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pemilik sapi( penanam saham ),digelar acara pertemuan persahabatan antara peserta didik dan pemilik sapi beserta keluarga yang dilaksanakan setiap tahun. Dengan meriah dan ramai-ramai makan menu olahan daging sapi bakar bersama-sama ( Tasyakuran ).
Klimaks acara ini datang sesudah selesai acara makan bersama (memanfaatkan moment Idul Adha) . Semua peserta diharuskan mengikuti kegiatan “ unik “ yang sebelumnya telah disepakati bersama. Contohnya seperti =
- menerbangkan lampion harapan pada malam Tasyakuran
- pelepasan burung merpati sebagai simbol kebebasan dan kesuksesan
- menghancurkan patung / replika tokoh perusak alam tahun ini
- berteriak secara bersamaan sambil mengucapkan kearah gunung ( budaya jepang ) kemudian disediakan hadiah khusus bagi para pemenang dengan kategori tertentu.
Rangkaian penutup acara ini dimaksudkan sebagai simbol wujud kemenangan bersama sekaligus mempererat hubungan kerjasama mutualisme antara warga kota yang selama ini cenderung mempunyai setting image sebagai perusak lingkungan dengan warga di daerah ( desa ) yang selalu identik dengan menjadi pihak dirugikan yang dalam hal ini difasilitasi oleh peserta didik sekolah alternatif.
Jadi dengan menciptakan budaya positif seperti ini, hasil dari konflik yang biasanya sering terjadi dalam proses pembangunan daerah antara kepentingan kapitalis dan wong cilik. kelak harapannya bisa menjadi “ icon unik “dan menjadi daerah yang “ lesson learned “.