Beberapa hari lalu saya sempat mendengar banyak curhatan rekan-rekan pebisnis mengenai akselerasi bisnis mereka.Mulai dari pebisnis kuliner, souvenir, jasa, dan sejenisnya.Hal yang dikeluhkan rata-rata adalah mengenai kewalahan terhadap bisnis yang dikelola.Loh, bukannya malah seneng ya kalau banjir order ? "Seneng sih iya, tapi capeknya itu lhooo..." Hehehe, ya konsekuensi sih menurut saya, namun ternyata setelah digali,pokok permasalahannya bukan di ramai ordernya, tapi produk bisnisnya.Ya, produk kadang menjadi perhatian remeh beberapa sahabat pengusaha.Banyak pengusaha pemula yang mengawali karir dengan menyediakan banyak alternatif produk. Terlalu customize...ada ungkapan Busy Ness, bukan Business.
Pengusaha makanan, terjebaknya ingin menjual semua menu. Padahal jika beralih spesialis satu jenis tertentu, maka fokusnya sudah bukan diproduksi, tapi sudah masuk ke pengembangan bisnis dan pensisteman.
Pengusaha souvenir yang menawarkan made by order, juga aga sedikit terkendala dalam hal duplikasi bisnisnya. Karena ini dampaknya kepadakompleksnya SOP dan semakin kompleksnya pekerjaan yang harus dilakukan,semakin sedikit pula ketersedian tenaga kerja dengan skill tertentu.
Yang jasa pun demikian.Unda undi nasibnya dengan dengan si pengusaha souvenir yang made by order.
Oleh karena itu, jika bisnis Anda ingin mengalami percepatan dalam penjualan, coba pilih satu produk yang unggulan. Sisanya disimpan dulu rapi-rapi.
Roti boy, dengan menciptakan 1 produk saja, persebarannya jauh lebih cepat dibanding dengan orang yang membuat jajanan pasar yang jualannya lemper,kucur, bubur madura, cenil.Fokusnya setelah membuat produk, adalah menjual sebanyak2nya dengan cara yang sistimatis. Kalaupun diminta untuk inovasi produk, paling cuma dikasih beda rasa. Dari butter, diganti coklat. Udah, begitu saja.
Sementara pengusaha warteg, terhambat pertumbuhannya karena ingin menyenangkan hati pelanggan. Khawatir pelanggan bosan, akhirnya energinya terkuras ke pemilihan menu. Sekarang masak sop, besok sayur lodeh, besok kare. Inilah busyness (red : kesibukan)
Contoh lain dari ini juga kita bisa lihat pada industri MLM.Ada MLM yang menjual produk PALUGADA (apa lu minta gua ada)pertumbuhannya tidak akan secepat yang fokus 1 produk.Ketika saya bicara kalsium, trademarknya adalah tianshi ketika saya bicara klorofil, munculnya pasti kalau ndak KLINK ya Synergi.Ketika saya berbicara susu kedelai, yang tertuju juga pasti MELILEA.
Di dunia konvensional pun, saya ada perusahaan keluarga, bisnis permakan celana jeans dengan trademark DOCTOR JEANS di di Jalan Pucang Anom -Surabaya, ketika ramai order (umumnya adalah moment lebaran) maka manuver jasa yang diberikan pun otomatis kami batasi.Jasa permak itu luas, mulai dari mengecilkan ukuran pinggang,memperbesarnya, ganti resleting, pasang kancing, potong kaki bawah, nambah kaki bawah, tisik (nambal), dan seterusnya... Total kalau di price list ada sekitar 30 an item.
Karena kami konsepnya adalah Berbisnis, maka ketika masuk H-7 lebaran,perusahaan kami hanya melayani potong kaki bawah saja. Memang tarifnya sangat murah, cuma Rp 7.500 Tapi pekerjaan ini cuma dikerjakan dalam waktu 10 menit saja. Dengan bantuan 8 orang penjahit di 1 stand, dalam satu minggu bekerja saja penjahit saya bisa mengantongi skitar Rp 2 juta rupiah plus THR dari saya
Rp 1 jt. (Kebetulan konsep bisnis kami adalah bagi hasil 40% untuk penjahit, 40% untuk perusahaan, dan 20% untuk operasional)
Artinya, jika setiap penjahit saya bisa menghasilkan Rp 2jt dalam mingguitu, perusahaan menerima profit Rp 2jt x 8 = Rp 16jtAngka yang sangat bisa disyukuri, mengingat kerjanya juga tidak terlalu
memeras keringat dan pemikiran.Bagi saya, inilah bisnis. Fokus menciptakan profit, bukan menambah pekerjaan.
Hal lain yang hari ini saya sedang kerjakan juga adalah bagaimana merubah konsep agent asuransi menjadi bisnis asuransi. Kelemahan asuransi yang saya amati adalah para agent yang ada menawarkan produk seperti tabib.Produk asuransi itu banyak, mulai dari jiwa murni ada, asuransi kesehatan,pensiun, penyakit kritis, kecelakaan, dan lain-lain.Bahkan ada trainingnya yang berbulan bulan.
Kembali ke kaidah awalnya, jika mau berbisnis, maka harus mau mengambil satu produk saja, sisanya disimpan yang rapi.Pilihan saya, akhirnya memakai produk penyakit kritis sebagai produk utama.Konsep penawarannya adalah menabung.Kalau presentasi cuma tinggal bilang,
"Nabung 1jt, dapat proteksi kesehatan 1M, dana warisan 1M, dan tabungan..Terserah besarnya berapa, kalau 10th ya jadi 120jt (plus profit)... Kalau 20 th ya 240jt (plus profit)" Ndak sampai 5 menit, setelah itu sesi tanya jawab dengan konsumen.Dan ternyata benar, setelah pola pikirnya dirubah, kinerjanya pun berubah.Hanya dalam hitungan minggu saja, sudah di grup yang baru ini sudah ada 80 orang Man Power, lengkap dengan omsetnya yang setara dengan mereka berkarir
di asuransi selama 5th.
Dimana setahu saya para senior agent asuransi rata-rata setelah bertahun-tahun kalau saya survey paling cuma grup 5 orang, 10 orang, mentok 20-an... Dan itu tahunan dapatnya.Ketika ditanya, kenapa kok ndak rekrut yang banyak, jawabnya rata-rata,"Halah mas, wong saya ngurus diri saya sendiri saja sudah keteteran"
Jawaban variatif memang, karena di dunia asuransi, jika orang sudah mengetahui teknik jualannya, mereka akan termotivasi untuk berjualan terus menerus. Bahkan ada sebuah penghargaan yang dinamakan MDRT yaitu yang berhasil menjual 500jt per tahun.
Jualan memang membuat kita kaya,namun sistem menjadikan kita passive income.Hal ini yang juga menjadikan pertumbuhan orang di asuransi tidak secepat orang MLM. Dari pengalaman saya di MLM, rata-rata per tahun pertumbuhan grup bisa tembus 1000-2000an orang. Dengan omset 3M per bulan, 5M, 10 M.Hal yang sama pun ternyata dialami oleh pelaku bisnis MLM yang lain.
Salah satu faktor leveragenya adalah simplicity (kesederhanaan) Kalau saya lebih suka jual satu produk fokus,selebihnya habiskan energi untuk buka cabang sebanyak-banyaknya.
Jadi, mau jualan produk apa Sobat GH hari ini ?
Pengusaha souvenir yang menawarkan made by order, juga aga sedikit terkendala dalam hal duplikasi bisnisnya. Karena ini dampaknya kepadakompleksnya SOP dan semakin kompleksnya pekerjaan yang harus dilakukan,semakin sedikit pula ketersedian tenaga kerja dengan skill tertentu.
Yang jasa pun demikian.Unda undi nasibnya dengan dengan si pengusaha souvenir yang made by order.
Oleh karena itu, jika bisnis Anda ingin mengalami percepatan dalam penjualan, coba pilih satu produk yang unggulan. Sisanya disimpan dulu rapi-rapi.
Roti boy, dengan menciptakan 1 produk saja, persebarannya jauh lebih cepat dibanding dengan orang yang membuat jajanan pasar yang jualannya lemper,kucur, bubur madura, cenil.Fokusnya setelah membuat produk, adalah menjual sebanyak2nya dengan cara yang sistimatis. Kalaupun diminta untuk inovasi produk, paling cuma dikasih beda rasa. Dari butter, diganti coklat. Udah, begitu saja.
Sementara pengusaha warteg, terhambat pertumbuhannya karena ingin menyenangkan hati pelanggan. Khawatir pelanggan bosan, akhirnya energinya terkuras ke pemilihan menu. Sekarang masak sop, besok sayur lodeh, besok kare. Inilah busyness (red : kesibukan)
Contoh lain dari ini juga kita bisa lihat pada industri MLM.Ada MLM yang menjual produk PALUGADA (apa lu minta gua ada)pertumbuhannya tidak akan secepat yang fokus 1 produk.Ketika saya bicara kalsium, trademarknya adalah tianshi ketika saya bicara klorofil, munculnya pasti kalau ndak KLINK ya Synergi.Ketika saya berbicara susu kedelai, yang tertuju juga pasti MELILEA.
Di dunia konvensional pun, saya ada perusahaan keluarga, bisnis permakan celana jeans dengan trademark DOCTOR JEANS di di Jalan Pucang Anom -Surabaya, ketika ramai order (umumnya adalah moment lebaran) maka manuver jasa yang diberikan pun otomatis kami batasi.Jasa permak itu luas, mulai dari mengecilkan ukuran pinggang,memperbesarnya, ganti resleting, pasang kancing, potong kaki bawah, nambah kaki bawah, tisik (nambal), dan seterusnya... Total kalau di price list ada sekitar 30 an item.
Karena kami konsepnya adalah Berbisnis, maka ketika masuk H-7 lebaran,perusahaan kami hanya melayani potong kaki bawah saja. Memang tarifnya sangat murah, cuma Rp 7.500 Tapi pekerjaan ini cuma dikerjakan dalam waktu 10 menit saja. Dengan bantuan 8 orang penjahit di 1 stand, dalam satu minggu bekerja saja penjahit saya bisa mengantongi skitar Rp 2 juta rupiah plus THR dari saya
Rp 1 jt. (Kebetulan konsep bisnis kami adalah bagi hasil 40% untuk penjahit, 40% untuk perusahaan, dan 20% untuk operasional)
Artinya, jika setiap penjahit saya bisa menghasilkan Rp 2jt dalam mingguitu, perusahaan menerima profit Rp 2jt x 8 = Rp 16jtAngka yang sangat bisa disyukuri, mengingat kerjanya juga tidak terlalu
memeras keringat dan pemikiran.Bagi saya, inilah bisnis. Fokus menciptakan profit, bukan menambah pekerjaan.
Hal lain yang hari ini saya sedang kerjakan juga adalah bagaimana merubah konsep agent asuransi menjadi bisnis asuransi. Kelemahan asuransi yang saya amati adalah para agent yang ada menawarkan produk seperti tabib.Produk asuransi itu banyak, mulai dari jiwa murni ada, asuransi kesehatan,pensiun, penyakit kritis, kecelakaan, dan lain-lain.Bahkan ada trainingnya yang berbulan bulan.
Kembali ke kaidah awalnya, jika mau berbisnis, maka harus mau mengambil satu produk saja, sisanya disimpan yang rapi.Pilihan saya, akhirnya memakai produk penyakit kritis sebagai produk utama.Konsep penawarannya adalah menabung.Kalau presentasi cuma tinggal bilang,
"Nabung 1jt, dapat proteksi kesehatan 1M, dana warisan 1M, dan tabungan..Terserah besarnya berapa, kalau 10th ya jadi 120jt (plus profit)... Kalau 20 th ya 240jt (plus profit)" Ndak sampai 5 menit, setelah itu sesi tanya jawab dengan konsumen.Dan ternyata benar, setelah pola pikirnya dirubah, kinerjanya pun berubah.Hanya dalam hitungan minggu saja, sudah di grup yang baru ini sudah ada 80 orang Man Power, lengkap dengan omsetnya yang setara dengan mereka berkarir
di asuransi selama 5th.
Dimana setahu saya para senior agent asuransi rata-rata setelah bertahun-tahun kalau saya survey paling cuma grup 5 orang, 10 orang, mentok 20-an... Dan itu tahunan dapatnya.Ketika ditanya, kenapa kok ndak rekrut yang banyak, jawabnya rata-rata,"Halah mas, wong saya ngurus diri saya sendiri saja sudah keteteran"
Jawaban variatif memang, karena di dunia asuransi, jika orang sudah mengetahui teknik jualannya, mereka akan termotivasi untuk berjualan terus menerus. Bahkan ada sebuah penghargaan yang dinamakan MDRT yaitu yang berhasil menjual 500jt per tahun.
Jualan memang membuat kita kaya,namun sistem menjadikan kita passive income.Hal ini yang juga menjadikan pertumbuhan orang di asuransi tidak secepat orang MLM. Dari pengalaman saya di MLM, rata-rata per tahun pertumbuhan grup bisa tembus 1000-2000an orang. Dengan omset 3M per bulan, 5M, 10 M.Hal yang sama pun ternyata dialami oleh pelaku bisnis MLM yang lain.
Salah satu faktor leveragenya adalah simplicity (kesederhanaan) Kalau saya lebih suka jual satu produk fokus,selebihnya habiskan energi untuk buka cabang sebanyak-banyaknya.
Jadi, mau jualan produk apa Sobat GH hari ini ?